Wednesday, August 1, 2012

Duh, Lagi-lagi Neraca Perdagangan RI Defisit


Jakarta - Setelah dua bulan sempat mengalami defisit, kini lagi-lagi neraca perdagangan Indonesia mengalami hal yang sama pada Juni 2012. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) defisit yang terjadi pada bulan lalu sebesar US$ 1,32 miliar.

Kepala BPS Suryamin menyatakan meskipun defisit pada bulan Juni ini tetapi secara kumulatif, nilai perdagangan Indonesia masih mengalami surplus sebesar US$ 476,2 juta.



"Defisit lagi, tapi masih surplus secara kumulatif, tetapi surplunya memang semakin kecil," ujar Suryamin dalam jumpa pers di Kantornya, Jalan Dr Sutomo, Jakarta, Rabu (1/8/2012).

Suryamin menyatakan ekspor Indonesia pada bulan Juni mencapai US$ 15,36 miliar atau turun 16,44 persen dibandingkan Juni 2011. Sementara jika dibandingkan Mei 2012 terjadi penurunan 8,7 persen.

Untuk ekspor migas nilainya US$ 2,79 miliar atau turun 25,12 persen dibandingkan Mei 2012 dan non migas US$ 2,58 miliar atau turun 4,04 persen.

Sementara itu total ekspor Indonesia dari Januari hingga Juni 2012 sebesar US$ 96,88 miliar atau turun 1,76 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Untuk ekspor non migas, totalnya US$ 76,83 miliar atau turun 2,79 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Komoditas ekspor terbesar adalah bahan bakar mineral dengan nilai US$ 13,95 miliar serta lemak dan minyak hewan/nabati dengan nilai US$ 10,25 miliar.

Negara tujuan ekspor terbesar adalah China dengan nilai ekspor US$ 10,45 miliar, Jepang US$ 8,72 miliar dan Amerika Serikat US$ 7,46 miliar, ASEAN US$ 15,46 miliar dan Uni Eropa US$ 9,01 miliar.

"Ketiga negara itu pangsa pasarnya 34,6 persen, Asean 20,12 persen, dan Uni Eropa 11,73 persen," jelas Suryamin.

Sedangkan untuk impor bulan Juni, BPS mencatat US$ 16,69 miliar atau naik 10,71 persen dibandungkan Juni 2012. Sementara dibandingkan dengan Mei 2012, impor mengalami penurunan 2,05 persen dengan impor migas turun 2,58 persen menjadi US$ 3,35 miliar dan non migas turun 1,92 persen menjadi US$ 7,36 miliar.

Komoditas impor masih didominasi mesin dan peralatan mekanik dengan nilai US$ 13,96 miliar serta mesin dan peralatan listrik dengan nilai US$ 9,47 miliar.

Negara pengimpor terbesar adalah China dengan nilai impor US$ 14,49 miliar, Jepang US$ 11,78 miliar, Thailand US$ 5,76 miliar, ASEAN US$ 16,18 miliar dan Uni Eropa US$ 6,68 miliar.

"Impor ini menurun karena adanya kebijakan pembatasan dari pemerintah," pungkas Suryamin.



(nia/dru)


Sumber: DetikFinance.com

No comments:

Post a Comment