Friday, July 27, 2012

Sikap Positif Entrepreneur


Alim Markus (Presdir Maspion Group)

Indonesia perlu lebih banyak entrepreneur. Pengangguran dan lonjakan tenaga kerja baru lebih gampang diserap jika banyak entrepreneur di Tanah Air.
Berbagai upaya menumbuhkan wirausaha baru sepantasnya kita dukung. Bukan saja dari sisi akses modal, menumbuhkan mental pengusaha juga penting dilakukan.

Seberapa pun besarnya modal dan dana yang diberikan akan percuma kalau penerimanya tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Oleh karena itu, sikap positif penting sekali ditanamkan untuk menumbuhkan mental wirausaha. Minimal ada empat poin yang saya camkan.
Pertama, punya keberanian memulai. Kita tidak tahu apa yang di depan sana jika belum pernah melangkahkan kaki ke depan. Kita hanya bisa menyimpulkan dan merasakan suatu bisnis berhasil atau gagal apabila memang sudah menjalaninya. Jadi, beranilah memulai usaha.
Namun keberanian memulai usaha juga harus diimbangi dengan perhitungan masak-masak. Hanya bermodal berani tanpa perhitungan, itu ngawur namanya.
Yang kedua, tidak mudah putus asa. Awal memulai usaha pasti banyak godaan dan rintangan. Sesekali jatuh, terluka, rugi, kena tipu dan banyak hambatan lain.
Saya sering berkata kepada anak-anak saya, "Papa tidak akan menolong kalian kalau cuma jatuh dan dengkul lecet. Bangkit sendiri, jangan cengeng dan coba lagi! Papa hanya akan menolong kalau kalian jatuh ke jurang".
Maksud saya adalah mereka jangan mudah menyerah saat berbisnis. Anak kecil yang belajar berjalan harus jatuh berkali-kali sampai akhirnya benar-benar mampu berdiri.
Sikap positif ketiga yakni memahami seluk-beluk bisnis. Yang penting jangan sampai kita terjebak hal-hal teknis. Urusan teknis serahkan kepada petugas yang tepercaya.
Banyak orang yang enggan tahu detail bisnisnya karena merasa punya profesional. Menurut saya, yang seperti itu bukan pengusaha yang betul. Dia akan mudah ditipu oleh orang kepercayaannya.
Saya ikut bisnis di Maspion sejak kecil sehingga mengetahui seluk-beluk perusahaan dan pabrik. Saya tahu prosesnya, sehingga bisa cepat menegur bila ada yang salah.
Poin keempat ialah sabar dan jangan terburu-buru menikmati hasil usaha. Seringkali kita tergoda ingin cepat merasakan keuntungan bisnis. Seluruh untung diambil untuk dinikmati dan mengabaikan modal pengembangan investasi baru.
Bahkan ada yang berani mengambilnya di depan hanya karena perkiraan bisnisnya akan untung. Iya kalau betul. Bagaimana seandainya meleset? Wah, bisa celaka dia. Untung tidak diraih, modal bisnis malah habis.
Baru-baru ini, saya berniat membuka usaha di salah satu kabupaten di Bali. Saya datang ke sana naik Kijang Innova berkeliling kota untuk melihat-lihat peluangnya.
Bupati daerah yang saya kunjungi rupanya mendengar agenda saya. Dia heran karena saya hanya naik Innova. Makanya dia berniat meminjamkan mobil Toyota Alphard sebagai kendaraan saya selama di sana. Kata si bupati, Alphard lebih pantas buat saya daripada Inova.
Saya menolak secara halus niat baiknya. Buat apa? Saya belum melakukan apa-apa di sana sehingga belum berhak "menikmati" Alphard. Lain cerita di Surabaya. Bisnis saya di kota ini banyak sehingga pantas merasakan hasilnya.
Nah, bisnis bisa berkembang besar dan berkelanjutan kalau ada tambahan modal. Menyisihkan sebagian laba menjadi sumber modal baru.
Kita memang berhak menikmati jerih payah usaha, tapi secukupnya saja. Selebihnya putarkan lagi di bisnis.

Oleh: Alim Markus

Sumber: Kontan.co.id

No comments:

Post a Comment