Friday, July 13, 2012

BISNIS SEKURITAS : Prospek bisnis sekuritas terus meredup



Foto: Kontan.co.id

JAKARTA. Nasib bisnis sekuritas pada tahun ini tampaknya suram. Sepanjang semester I kemarin, kegiatan bisnis lebih lesu dibandingkan periode sama tahun lalu. Potensi pendapatan yang masuk ke kantong perusahaan juga semakin kecil.
Tanda-tanda meredupnya bisnis sekuritas antara lain terlihat dari berkurangnya nilai transaksi saham di hampir semua perusahaan perantara perdagangan efek. Semakin kecil total transaksi, pendapatan perusahaan sekuritas juga yang berupa fee atau komisi perantara perdagangan efek juga menyusut.
Contoh saja, di BNI Securities, rata-rata traksaksi saham per bulan sepanjang semester I-2012 hanya Rp 3,13 triliun, lebih kecil dibandingkan periode sama tahun lalu sekitar Rp 3,3 triliun. Sementara di PT Kresna Graha Securindo Tbk (Kresna Sekuritas), turun tipis 2,76% menjadi Rp 3,26 triliun.
Jimmy Nyo, Direktur Utama BNI Securities, mengatakan penurunan bisnis karena sentimen pasar global. "Krisis membuat harga saham kurang stabil dan susah diprediksi, investor memilih menahan diri bertransaksi," jelas kata Jimmy pada Kamis (12/7).
Michael Steven, Direktur Utama Kresna Sekuritas, menambahkan adanya aturan pemisahan rekening transaksi saham antara investor dengan perusahaan sekuritas juga melemahkan bisnis ini. Soalnya, aturan yang mewajibkan pembentukan rekening dana investor (RDI) itu menghalangi investor melakukan transaksi. Hanya investor pemilik RDI saja yang boleh bertransaksi.
Bisa jadi alasan Michael benar. Mengingatkan saja, aturan RDI berlaku efektif mulai akhir pekan terakhir Februari 2012. Pada bulan itu, total transaksi saham di Kresna Sekuritas mencapai Rp 3,83 triliun, naik dibandingkan bulan sebelumnya Rp 3,16 triliun. Namun, nilai transaksi saham per Maret langsung anjlok menjadi Rp 2,89 triliun.
Menunda IPO
Tak hanya bisnis broker saham yang layu, bidang penjamin emisi senasib. Awalnya, prospek bisnis ini bagus, tapi belakangan, malah banyak yang membatalkan penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO). "Dua perusahaan menunda IPO, akhirnya dari target lima perusahaan yang listing, hanya tercapai dua," kata Michael, tanpa merinci identitas perusahaan tersebut.
Jimmy kembali menyalahkan kondisi pasar global yang menyebabkan banyak perusahaan lokal membatalkan IPO atau menerbitkan surat utang pada tahun ini. "Perusahaan menunda IPO, menunggu pasar stabil," ucapnya.
Sayang, dua manajemen perusahaan ini merahasiakan pendapatan usaha mereka. Namun, berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2012, Kresna Sekuritas hanya mengantongi komisi dari perantara perdagangan efek sebesar Rp 5,46 miliar, turun 32% dari periode sama tahun lalu.
Kemudian, jasa atas penjamin emisi dan penjualan efek Rp 3,61 juta. Jauh lebih kecil daripada kuartal I 2011 Rp 1,29 miliar.
Sementara, BNI Securities hanya mengantongi fee transaksi saham Rp 14,64 miliar, menyusut 6,75%. Jasa penjamin emisi anjlok 62% menjadi Rp 841,75 juta. n


Sumber: Kontan.co.id

No comments:

Post a Comment